Poster
- Unknown
- Jumat, 04 April 2014
- 0 Comments
Ada beberapa versi tentang awal pemberian nama jambi, antara lain:
- Nama Jambi muncul sejak daerah yang berada di pinggiran sungai batanghari ini dikendalikan oleh seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak, yaitu semasa keterikatan dengan Kerajaan Majapahit. Waktu itu bahasa keraton dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata pinang disebut jambe. Sesuai dengan nama ratunya “Pinang Masak”, maka kerajaan tersebut dikatakan Kerajaan Melayu Jambe. Lambat laun rakyat setempat umumnya menyebut “Jambi”.
- Kemungkinan besar saat Tanah Pilih dijadikan tapak pembangunan kerajaan baru, pohon pinang banyak tumbuh di sepanjang aliran sungai Batanghari, sehingga nama itu yang dipilih oleh Orang Kayo Hitam.
- Berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad 7 s.d. abad 13 merupakan bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani
berlayar bersama suaminya dengan kapal niaga Mesir ke Arab, dan
tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan dari sana merantau ke Ruhum Jani
dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa dalam legenda itu
menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan Mesir dengan
Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi
secara akrab.
Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat Melayu pada masa itu sebagai ”Jambi”, ditulis dengan aksara Arab: , yang secara harfiah berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’ atau ’sahabat akrab’. - Kata Jambi ini sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau sebelum disebut Tanah Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan Kampung Teladan, yang diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang. Dari kata Jam inilah akhirnya disebut “Jambi”.
- Menurut teks Hikayat Negeri Jambi, kata Jambi berasal dari perintah seorang raja yang bernama Tun Telanai, untuk untuk menggali kanal dari ibukota kerajaan hingga ke laut, dan tugas ini harus diselesaikan dalam tempo satu jam. Kata jam inilah yang kemudian menjadi asal kata Jambi.
Pada
Zaman Melayu kuno, Kota Jambi mendapatkan keuntungan dari aktivitas
perdagangan antara Asia Barat dan Cina, oleh karena itu Negara Cina
menjadi sumber informasi mengenai latar belakang sejarah Jambi. Pada
Tahun 1460 – 1907, Jambi yang dikenal akan Kerajaan Islam dikenal
sebagai Melayu II. Ratu pertama dalam kerajaan ini adalah Selaro Putri
Pinang Masak didampingi oleh suaminya bernama Datuk Paduko Berhalo.
Pada
masa pemerintahan Sultan Abdul Kahar, colonial Belanda mendirikan
perusahaan perdagangan mereka di Muara Kampeh.Namun tidak bisa bertahan
lamanya pesaing asing dan penolakan dari orang-orang sekitar memaksa VOC
menutup perusahaan pada tahun 1625. Ketegangan kembali berlanjut pada
masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil, beliau harus menghadapi banyak
kendala seperti persaingan dengan Sultan Johor dan tekanan dari VOC
sejak ia memberikan izin perdagangan ke Portugis di Sungai Batanghari.
Akhirnya, karena berada di dalam tekanan beliau harus menyetujui
persetujuan perjanjian kerjasama dengan VOC ditandatangani oleh anaknya,
Pangeran Ratu Raden Penulis yang kemudian menjadi pengganti beliau dan
mendapat gelar Sultan Abdul Mahyu Sri Ingolongo. Suatu ketika dalam
periode 1665 – 1690, Sulatan Ingolongo ditangkap oleh Belanda dan
diasingkan ke Pulau Banda. Penangkapan itu memicu aksi masyarakat dan
puncaknya pada masa pemerintahan Sultan Thaha (1856 – 1904). Pada tahun
1907, Jambi sepenuhnya menyerah kepada kolonial Belanda.
Setelah
Indonesia merdeka, gerakan masyarakat dan komunitas pemuda yang
didirikan masyarakat Jambi untuk mendukung gerakan pemerintahan
Indonesia. Namun, administrasi pemerintahan tidak berjalan mulus karena
pemberontakan bergolak di seluruh daerah. Tahun 1948, provinsi Sumatera
dibagi menjadi tiga dan Jambi menjadi Provinsi Sumatera Tengah.
Administrasi pemerintahan mulai membaik setelah konferensi ‘Meja
Bundar’. Tahun 1958, Sumatera Tengah dibagi menjadi tiga, salah satunya
adalah Jambi.
Jambi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: